Kamis, 20 Desember 2012

IKHLAS DALAM BERIBADAH

Tujuan Manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah untuk untuk beribadah kepada-Nya. Ibadah yang dilakukan diitiqadkan untuk Allah SWT, bukan karena yang lain. Sebagaimana Firman Allah dalam surat Al-An’am ayat 162 ; فل إن صلاتى و نسكى و محياي و مماتى لله رب العالمين Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Bagaimana kedudukan ikhlas dalam ibadan. Hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam surat Al Mulk ayat 2 ; الذي خلق الموت ةالحيوة ليبلوكم أيكم أحسن عملا. وهو العزيز الغفور Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, Berdasarkan ayat yang khatib bacakan pada surat Al Mulk ayat 2 tersebut tergambar bahwa amal yang akan kita lakukan harus dilakukan dengan ahsanu ’amala. Atau dalam artian sebaik-baik amalnya. Fudhail bin Iyad mengatakan bahwa kata ahsanu ’amala dalam ayat tersebut adalah denga artian akhlashahu dan ashwabahu, dengan maksud bahwa amal yang kita lakukan itu harus dilakukan dengan benar. Amal yang dilakukan harus jelas rukunnya, bacaannya tepat, gerakannya teratur dan yang paling penting setiap amal yang kita lakukan itu harus mempunyai tujuan yang jelas, yaitu lillahi ta’ala, karena Allah SWT. Amal yang dilakukan tanpa keikhlasan diibaratkan oleh Ibnu Qayyim bahwa beramal seperti musafir yang mengisi kantongnya dengan kerikil, memberatkan tapi tidak bermanfaat. Musafir tersebut telah letih dan menghabiskan waktu hanya membawa kerikil, yang tidak ada gunanya sama sekali dalam perjalanan. Begitu orang yang beramal tanpa keikhlasan. Mereka hanya menghabiskan tenaga dan waktu. Seperti ibadah shalat, mereka melaksanakan ibadah shalat dengan tidak keikhlasan karena Allah SWT, sama saja bagi mereka melaksanakan ibadah tapi tiada arti dan tidak dinilai. MAKNA IKHLAS Apa sebetulnya arti dari kata ikhlas tersebut. Kita perlu mengetahuinya, agar dapat diamalkan dalam setiap amalan dan ibadah kita. Secara bahasa ikhlas diartikan bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu itu agar terus bersih. Diibaratkan kepada benda, seperti bangunan masjid ini. Masjid ini bersih dan bagaimana upaya agar masjid itu tetap selalu bersih. Demikian pemaknaan ihklas secara bahasa. Sedangkan secara istilah ikhlas diartikan sebagai niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukannya dengan yang lain dan memurnikan niatnya dari kotoran yang merusak. Orang yang ikhlas tersebut diibaratkan dengan orang yang membersihkan beras untuk dimasak. Nasinya enak dimakan dan bermanfaat bagi tubuh. Demikian ikhlas tersebut. Lawan ikhlas adalah ria Ciri-ciri orang ikhlas 1. Beramal dan bersungguh-sungguh, baik sendiri atau banyak, baik ada pujian atau celaan. 2. Terjaga dari segala yang diharamkan baik dalam keadaan bersama-sama atau sendiri Oleh karena itu ; 1. Meluruskan niat 2. Beramal dengan sungguh dan penuh semangat 3. Keyakinan bahwa Allah melihat sekecil apapun kesalahan dalam setiap amal.

TIGA ALASAN ISLAM MENOLAK ISU KIAMAT DI 21-12-12

Islamedia - Ramalan akan terjadinya kiamat esok, 21 Desember 2012 menjadi kajian yang tak pernah habis-habisnya. Sistem penanggalan Kalender Bangsa Maya, yang menurut mereka sebagai kalender paling akurat di bumi menyatakan kiamat akan terjadi besok. Namun, secara tegas ilmuwan Islam membantah hal tersebut. Isu kiamat tersebut dinilai tidak sesuai dengan keyakinan umat Islam, seperti tafsir rukun iman yang ke lima. Inilah tiga dalil utama para ulama dalam membantah terjadinya kiamat tersebut. Pertama, Kapan terjadinya hari kiamat merupakan salah satu dari perkara-perkara ghaib yang hanya diketahui Allah semata. Firman Allah, “Katakanlah: “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan.” (QS An-Naml: 65). Maka ayat ini tegas menunjukkan tidak ada satupun makhluk yang mengetahui perkara ghaib, termasuk waktu terjadinya hari kiamat. Kalaupun Allah memberitahukan waktunya kepada makhluk-Nya, niscaya yang paling pertama kali tahu adalah nabinya. Namun, tatkala malaikat Jibril yang menyamar sebagai arab badui datang bertanya kepada Nabi SAW tentang kapan terjadinya hari kiamat, beliau hanya menjawab, “Orang yang ditanya tidak lebih tahu tentangnya daripada yang bertanya.” (HR Bukhari dan Muslim). Artinya, Jibril dan Rasulullah SAW sama-sama tidak tahu tentang kiamat. Alasan kedua, kiamat tidak datang tiba-tiba, akan tetapi ada tanda-tanda besar sebagai peringatan akan terjadinya kiamat tersebut. Rasulullah bersabda, “Tidak akan terjadi hari kiamat hingga kalian melihat sepuluh tanda.” Lalu beliau menyebutkan: Dukhan (kabut), Dajjal, Daabbah (binatang yang bisa berbicara), terbitnya matahari dari tempat terbenamnya, turunnya Isa bin maryam alaihis salam, keluarnya Ya’juj dan Ma’juj, terjadinya tiga penenggelaman ke dalam bumi yang terjadi di timur, di barat, dan di jazirah Arab, dan yang terakhir adalah keluarnya api dari Yaman yang menggiring manusia ke tempat berkumpulnya mereka.” (HR Muslim). Dari tanda-tanda yang disebutkan, masih banyak yang belum terjadi. Jadi mustahil kiamat akan berlangsung 21 Desember esok. Sebagai contoh, Dajjal yang disebutkan dalam riwayat Muslim akan keluar setelah terjadinya peperangan besar yang berakhir dengan dikuasainya konstantinopel. Dajjal akan dibunuh Nabi Isa dan selanjutnya Nabi Isa akan tinggal selama 40 tahun. Rasulullah bersabda, “Lalu beliau (Isa bin Maryam) menetap (di bumi) selama 40 tahun, kemudian beliau wafat dan jenazahnya dishalatkan oleh kaum muslimin.” (HR Abu Daud dan Ahmad, dishahihkan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar). Nabi Isa dan Dajjal sesuatu yang belum terjadi. Apalagi masa setelah terbunuhnya Dajjal, Nabi Isa akan hidup bersama ummatnya selama 40 tahun. Jadi mustahil kiamat akan terjadi 21 Desember esok. Ketiga, Islam menolak segala jenis bentuk ramalan, termasuk ramalan tentang kiamat yang dilontarkan bangsa Maya. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang mendatangi dukun atau peramal lalu membenarkan ramalannya maka sungguh dia telah kafir kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu alaihi wasallam.” (HR Ahmad). Hadits ini jelas menunjukkan bahwa orang yang mempercayai ramalan baik yang berkenaan dengan masa lalu maupun masa yang akan datang, maka sungguh dia telah kafir keluar dari Islam karena dia telah mendustakan Alquran yang di dalamnya terdapat banyak ayat yang menegaskan tidak ada yang mengetahui perkara ghaib kecuali Allah. Wallahu’alam.

Daftar Blog Saya